Selasa, 08 Desember 2009

PRINSIP-PRINSIP PEMBEDAHAN DI OBGYN

PRINSIP-PRINSIP PEMBEDAHAN


Keputusan operasi : setelah diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan roetngen

Perlu diperhatikan keadaan mental penderita

Pembedahan elektif : operator menentukan waktu pembedahan,
setelah semua pemeriksaan lengkap dan kondisi pasien memungkinkan

Pembedahan darurat (emergency) : melakukan tindakan operasi sesegera
mungkin, karena bila ditunda akan membahayakan penderita

Pembedahan paliatif : bertujuan untuk mengurangi penderitaan pasien,
tidak untuk menyembuhkan

Pembedahan percobaan : dilakukan untuk mendapat kepastian tentang
jenis penyakit

Indikasi pembedahan ginekologi
• Keperluan diagnostik : biopsi, kerokan, laparoskopi
• Tindakan untuk mengangkat tumor jinak atau ganas
• Tindakan untuk mengoreksi kelainan bawaan, atau kelainan akibat operasi
• Persiapan Pembedahan
• Pemeriksaan yang teliti untuk menegakkan diagnosis
• Nilai keadaan penderita
• Jika terdapat penyakit lain, sebaiknya disembuhkan terlebih dahulu,
untuk mengurangi risiko operasi
• Jika operasi darurat : pemeriksaan yang esensial perlu dilakukan

Persiapan pasien :

Malam sebelum operasi : makanan yang mudah dicerna

6 jam sebelum operasi, pasien dianjurkan puasa

Dapat diberikan obat penenang

Pagi hari penderita di klisma

Obat pramedikasi : diatur oleh dokter anestesi

Kandung kencing dikosongkan/pasang kateter

Operasi vagina : vagina dibersihakan

Operasi histerektomi : dilakukan toilet vagina yaitu pencucian vagina,

pengolesan antiseptik, tampon


Penanganan masa pasca pembedahan

• Perubahan pada tubuh pasca operasi :

 Kehilangan darah dan air yang menyebabkan berkurangnya volume
cairan dalam sirkulasi. Karena hemokonsentrasi dan vaskonstriksi
tekanan darah dipertahankan, dan dengan mengalir cairan dari ruang
ekstraseluler, volume kemudian pulih kembali.
Perlu pemantauan tanda vital

 Diuresis pascaoperasi agak berkurang. Pengukuran volume urin mutlak
diperlukan, karena oligouri merupakan tanda shock mengancam

• Saat operasi terjadi penghancuran protein jaringan, sehingga ekskresi kalsium

meningkat, pengeluaran natrium dan klorida menurun

• Setelah operasi : penderita perlu dipantau sampai sadar

• Perhatikan jalan nafas

• Setelah bebes efek bius : nyeri, berikan anti nyeri

• Pantau pemberian cairan terutama melalui infus. Hitung balance cairan

• Jangan terjadi dehidrasi atuapun kelebihan cairan (edema paru)

• Pasca operasi, pasien biasanya mual. Tidak boleh makan dan minum,

tunggu flatus (terutama pasien dengan anestesi general)

• Setelah sadar dari pembiusan dan telah dapat bergerak, pasien dapat tidur miring

(merubah posisi tidur)

• Buka jahitan hari 7 - 10

Komplikasi pasca operasi

• Syok

• Perdarahan

• Gangguan saluran kencing : retensi urin

• Infeksi jalan kencing

• Distensi perut : hati-hati terjadi dilatasi lambung, ileus paralitik.

Makanan peros dihentikan, masukkan sonde lambung, dan pemberian

makanan perenteral

• Ileus paralitik umumnya timbul 48 – 72 jam pasca operasi,

tidak terdapat gerakan usus, perut tidak terlalu nyeri

• Ileus obstruktif : 5 – 7 hari pasca operasi, gerakan usus lebih keras,

disertai rasa mules yang keras dan berulang

• Infeksi

• Terbukanya luka operasi dan eviserasi

• tromboflebitis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar